Hari masih pagi. Anak-anak sedang sibuk berangkat ke sekolah, beberapa ibu mulai berbelanja di pasar, dan para petani mulai bekerja di sawah. Pagi itu, di pertigaan jalan setapak desa, sepasang wisatawan asing, lengkap dengan perlengkapan backpack sedang asyik mengamati peta Desa Tembi. Tangan mereka menunjuk beberapa gambar rumah, dan melihat ke arah jalan. Mereka sepertinya ingin jalan-jalan mengelilingi Desa Tembi. Apa ya yang mereka ingin nikmati? Keteduhan, keasrian, dan nuansa ndeso Jowo yang khas-lah yang ingin dinikmati mereka. Itulah kekhasan Desa Tembi yang teduh. Kawasan wisata di Bantul, Yogyakarta yang mulai dilirik dan diminati untuk dinikmati.
Sabtu, 12 Juli 2014
Ayo, Wisata ke Desa Tembi!
Hari masih pagi. Anak-anak sedang sibuk berangkat ke sekolah, beberapa ibu mulai berbelanja di pasar, dan para petani mulai bekerja di sawah. Pagi itu, di pertigaan jalan setapak desa, sepasang wisatawan asing, lengkap dengan perlengkapan backpack sedang asyik mengamati peta Desa Tembi. Tangan mereka menunjuk beberapa gambar rumah, dan melihat ke arah jalan. Mereka sepertinya ingin jalan-jalan mengelilingi Desa Tembi. Apa ya yang mereka ingin nikmati? Keteduhan, keasrian, dan nuansa ndeso Jowo yang khas-lah yang ingin dinikmati mereka. Itulah kekhasan Desa Tembi yang teduh. Kawasan wisata di Bantul, Yogyakarta yang mulai dilirik dan diminati untuk dinikmati.
Jathilan a la Muda Tamtama Tembi
Sekali
lagi, musik jathilan kembali mengalun di malam hari. Musik jathilan yang khas
dan keras menambahkan suasana meriah di malam itu. Bunyi pukulan gong, kenong,
kendang, drum kecil, dan angklung menarik perhatian warga sekitar. Lalu, berkumpullah
anak-anak kecil, beberapa kaum muda, para orangtua, dan penjual siomay. Mereka
hendak menikmati suasana malam ditemani muda tamtama yang latihan jathilan. Inilah
kemeriahan muda tamtama mengisi ramadan dan menyambut lebaran 2014.
Jumat, 11 Juli 2014
‘Mengupas’ Buah Raja
Tembi
berasal dari kata katemben, yaitu
penitipan anak raja. Sebuah desa untuk mendidik para anak raja, yang kala itu
terjadi perpindahan kekuasaan kraton dari Kota Gede ke Pleret. Tembi berusaha
menjaga akhlak anak-anak raja tersebut. Itulah keunikan pertama. Selain itu,
Tembi memiliki keunikan yang lain, yaitu adanya buah raja. Dipercaya, buah
tersebut dimakan para raja dan anak raja kala itu. Apa itu buah raja? Marilah
kita ‘mengupas’nya dan ‘menikmati’nya..
Rabu, 09 Juli 2014
Kita Satu Warga, Satu Saudara
Mengikuti
pemilu presiden di Desa Wisata Tembi menuai pengalaman unik yang tidak akan
pernah saya lupakan. Sebuah pengalaman yang belum pernah terjadi selama hidup
saya. Pengalaman yang membuka lembaran sejarah hidup saya. Dapat dikatakan
sebagai pengalaman khas dan khusus terjadi di Tembi. Lalu pertanyaannya apakah
sesungguhnya yang terjadi di Tembi saat pemilu?
Ketika pilpres semakin mendekat,
saya merasa kuatir dengan hak pilih saya, apakah saya dapat menyumbangkan hak pilih
sebagai bentuk tanggung jawab seorang warga negara. Saya merasa tidak ada
harapan mendapatkan A5. Sebagai seorang pendatang yang ber-KTP luar daerah
(Flores), saya merasa harapan untuk ikut nyoblos tidak akan tercapai. Kekuatiran
itu segera teratasi ketika Pak ketua RT
mengundang saya ke rumahnya untuk mengambil surat izin domisili.
'Penitipan Anak Raja' yang Teduh
Katemben, penitipan anak
raja. Itulah asal kata dari nama Desa Tembi. Sebuah desa di Jalan Parangtritis
km 8-11, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Asal-usul cerita yang
mengisahkan perpecahan intern Kerajaan Mataram, mengharuskan menitipkan
anak-anak Raja di Desa Tembi agar tidak terlibat perselisihan. Hingga sekarang,
itulah yang dipercaya oleh penduduk di Desa Tembi. Mereka hidup untuk menjaga
akhlak anak mereka tetap baik dan terjaga, seperti anak-anak raja.
Senin, 07 Juli 2014
Muda Tamtama Berekspresi
Kehadiran musik di dunia modern
sudah merupakan kebutuhan bagi setiap orang khususnya kaum muda. Musik yang
dahulu hanya sebagai sarana pelengkap, kini sudah menjadi suatu kebutuhan.
Kebutuhan akan musik dilihat sebagai pemenuhan kebutuhan terhadap nilai estetis
yang mengarah kepada kebutuhan jiwa.
Kaum muda di Kampung Wisata Tembi
(Muda Tamtama) memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dalam bidang musik.
Sebagai orang muda, mereka berinisiatif membentuk kelompok musik yang menamakan
diri "kreasi baru". Sebutan ini didasarkan pada pemahaman mereka akan
pentingnya sebuah alat musik. Peralatan musik yang dikembangkan kaum muda
tamtama ini adalah alat musik kreasi baru.
Jathilan, Lampion, dan Muda Tamtama
Setelah
shalat tarawih, musik jathilan mulai mengalun. Bukan untuk mengadakan jathilan,
tetapi sekelompok muda-mudi mengadakan suatu kegiatan yang berbeda dan menarik,
yaitu membuat lampion dan latihan musik ‘kreasi baru’. Mereka berkumpul di
rumah Bpk. Hendrato, ketua RT 02, Desa Wisata Tembi. Musik jathilan yang
menjadi backsound menemani kebersamaan
dan persaudaraan yang kreatif di dalam kegiatan tersebut. Inilah wajah
muda-mudi Desa Wisata Tembi (muda tamtama) di malam hari.
Merasakan Kemeriahan Takjilan Tembi
Berpartisipasi
dalam kegiatan masyarakat merupakan jalan masuk ke dalam pengenalan nilai
kerukunan yang diwariskan bersama. Takjilan adalah salah satu acara Masjid
dalam rangka membuka puasa bersama.
Kehadiran kami dalam acara itu
memberikan warna berbeda dari yang biasanya. Jemaah yang hadir dalam takjilan
itu tentu saja mempertanyakan keberadaan kami karena kami berlima mengenakan jas
almamater Sanata Dharma. Kami pun segera berbaur dengan para muda mudi yang
bertugas menyiapkan makanan di tenda yang letaknya persis di depan Masjid.
Minggu, 06 Juli 2014
‘Kejutan’ dari Anak-Anak Tembi
Saat
itu, malam sunyi menyelimuti Desa Tembi. Tak terkecuali homestay yang saya tempati. Hanya lampu andong bernyala kuning
menghiasi malam itu. Tak ada aktivitas warga di luar rumah. Sunyi-lah yang ada.
Di balik kesunyian itu, ternyata ada sebuah aktivitas yang dilakukan anak-anak
Tembi, yaitu tentang kertas.
Kerajinan itu Tak Ada Batasnya
Bapak
Surya Hendrato tidak dapat terus-terusan mengikuti arus umum. Tangan cekatannya
selalu menjadi daya kreatif kerajinan yang digeluti. Dia mendirikan Maju Mapan,
sebuah nama usaha kerajinan di kediamannya berinspirasikan dari nomor hanphone
nya, 085643-40-5758.
‘Sambutan Meriah’ Anak-Anak
Pagi itu, terdengar tawa meriah dan teriakan heboh. Sekelompok anak kecil sedang bermain di kebun. Mereka sepertinya sedang bermain masak-masakan. Terlihat di sana, ada daun pisang, tanah, air, panci kecil, sendok bebek, pisau, dll. Ada yang mengaduk tanah, membungkus tanah dengan daun pisang, dan memotong-motong daun. Sesekali terlihat ada interaksi jual beli bungkusan tanah tersebut. Kadang mereka juga tertawa bersama karena suatu hal tertentu. Itulah kemeriahan Farenta, Reni, Tria, dan Eka yang terpancar di tengah ibadah puasa yang mereka lakukan.
Rabu, 02 Juli 2014
“Penampakan Wajah di Balik Desa Tembi”
Abad 16, Musuh Kesultanan Pajang, Arya Penangsang
berhasil dikalahkan Ki Ageng Pemanahan. Tak seorang pun mengira bahwa peristiwa
tersebut menjadi sebuah sejarah besar bagi eksistensi Desa Tembi.
Kekalahan Arya Penangsang menghadirkan Alas Mentaok sebagai hadiah Sultan
Pajang kepada Ki Ageng Pemanahan pada tahun 1558. Ki Ageng Pemanahan mengubah
wajah Alas Mentaok menjadi lebih
beradab. Kotagede adalah wajah baru itu, yang mulai berdiri pada tahun 1577.
Tujuh tahun lamanya Ki Ageng Pemanahan mendirikan dan memimpin wajah baru,
Kotagede. Pada tahun 1584, wajah baru itu ditinggalkan oleh pendirinya untuk
selamanya.
Kematian pendiri, tidak membuat si wajah baru merasa lelah untuk berdiri. Sutawijaya yang bergelar Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama menjadi penggantinya untuk mengawal wajah Kotagede. Sutawijaya yang lebih akrab disebut Panembahan Senapati itu, kini mengajarkan wajah Kotagede untuk sedikit mendongak.
Kematian pendiri, tidak membuat si wajah baru merasa lelah untuk berdiri. Sutawijaya yang bergelar Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama menjadi penggantinya untuk mengawal wajah Kotagede. Sutawijaya yang lebih akrab disebut Panembahan Senapati itu, kini mengajarkan wajah Kotagede untuk sedikit mendongak.
Kesanku terhadap Tembi
Pertama kali
tiba di Kampung Tembi, aku merasakan sesuatu yang berbeda dengan kampung lain.
Suasana lingkungan yang tenang dan damai membuat aku merasa nyaman dengan
lingkungan ini. Selain suasananya tenang, masyarakatnya pun sangat ramah dengan
siapa saja yang berkunjung ke tempat ini.
'Teguran' yang Mempererat Kasih Persaudaraan
Di hari pertama kehadiran kami di
kampung wisata Tembi, kami
merasakan tawaran pesona dari tampilan wajah lugu sebuah desa.
Keluguan dan kesederhaan Tembi menimbulkan pertanyaan eksistensial ‘ada apa di
balik kesederhanaan Tembi’?