Senin, 07 Juli 2014

Jathilan, Lampion, dan Muda Tamtama


     Setelah shalat tarawih, musik jathilan mulai mengalun. Bukan untuk mengadakan jathilan, tetapi sekelompok muda-mudi mengadakan suatu kegiatan yang berbeda dan menarik, yaitu membuat lampion dan latihan musik ‘kreasi baru’. Mereka berkumpul di rumah Bpk. Hendrato, ketua RT 02, Desa Wisata Tembi. Musik jathilan yang menjadi backsound menemani kebersamaan dan persaudaraan yang kreatif di dalam kegiatan tersebut. Inilah wajah muda-mudi Desa Wisata Tembi (muda tamtama) di malam hari.


            Sekitar 20 muda-mudi berkumpul. Mereka sedang sibuk memotong bambu menjadi kecil-kecil, menempel kertas warna-warni ke botol minum, mengecat botol, dan mendesain botol. Ditemani musik jathilan, mereka membuat lampion untuk takbiran. Dana kas muda-mudi digunakan sebagai modal awal untuk membeli bahan baku. Setelah lampion jadi, mereka akan menjual dan mendapatkan pemasukan lebih bagi kas muda-mudi. Itulah bentuk usaha mereka dalam mencintai komunitas dan membangun kebersamaan yang kreatif.
            Ada beberapa keunikan dari kegiatan muda tamtama tersebut. Pertama, musik jathilan. Biasanya, muda-mudi menyukai musik pop, dangdut, atau rock. Maka, tak jarang mereka menyetel musik tersebut saat mereka berkumpul. Namun, hal tersebut tidak berlaku dalam kegiatan muda tamtama di Desa Wisata Tembi. Mereka bekerja ditemani musik jathilan yang mengalun keras. Sesekali mereka melihat video jathilan dari handphone salah satu muda-mudi.
            Kecintaan mereka terhadap musik jathilan menyiratkan kebanggaan terhadap musik dan tradisi Jawa. Mereka tidak malu untuk mencintai musik jathilan. Mereka tidak membatasi kebahagiaan mereka dengan gadget, musik pop-dangdut-rock-dll, dan segala jenis ke-modern-an yang ada. Mereka membiarkan kebahagiaan itu datang dengan caranya sendiri, yaitu dari apa yang mereka miliki, yaitu jathilan. Tradisi setempat tersebut menumbuhkan kebahagiaan. Lalu, kebahagiaan tersebut menumbuhkan kebersamaan dan persaudaraan yang kreatif. Lampion-lah yang menjadi buah pikir kreatif muda tamtama.
            Kedua, lampion dari botol minuman. Saat saya lihat cara membuat lampion tersebut, kesan saya adalah njlimet. Untuk menjadi sebuah lampion, dibutuhkan beberapa langkah, yaitu mendesain botol, mengecetnya, menjemur, menghias dengan kertas warna-warni, diberi tali, dan diberi ganggang dari bambu. Maka, tak heran, karena ke-njlimet-an tersebut, dibutuhkan beberapa hari untuk menyelesaikan proyek tersebut. Namun, saat saya mengikuti kegiatan tersebut, tak ada wajah terpaksa dan cemberut yang tersurat. Semua menikmati jathilan, membuat lampion, dan suasana muda tamtama. Buah dari kebersamaan dan persaudaraan yang kreatif adalah lampion yang dijual Rp 7000/ buah. Menarik dan kreatif!
            Itulah muda tamtama yang bergairah kembali setelah vakum beberapa tahun. Semua itu tak lepas dari peran penggerak muda tamtama tersebut, yaitu Mbak Tia sebagai ketua, dan Mas Abu sebagai wakil ketua. Mereka berusaha membuat acara yang menarik dan kreatif, sehingga dapat berbuah manis di kemudian hari. Tentu, inisiatif mereka diikuti dengan semangat dari anggota muda tamtama.
            Akhirnya, tertarik merasakan euforia kemeriahan muda tamtama? Datang dan Rasakan muda tamtama di Desa Wisata Tembi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar