Sabtu, 12 Juli 2014

Jathilan a la Muda Tamtama Tembi

          Sekali lagi, musik jathilan kembali mengalun di malam hari. Musik jathilan yang khas dan keras menambahkan suasana meriah di malam itu. Bunyi pukulan gong, kenong, kendang, drum kecil, dan angklung menarik perhatian warga sekitar. Lalu, berkumpullah anak-anak kecil, beberapa kaum muda, para orangtua, dan penjual siomay. Mereka hendak menikmati suasana malam ditemani muda tamtama yang latihan jathilan. Inilah kemeriahan muda tamtama mengisi ramadan dan menyambut lebaran 2014.


              Halaman rumah Pak Hendrato menjadi area latihan jathilan. Alat-alat musik pengiring jathilan sudah ditata di sudut halaman. Para penabuh sudah siap di tempatnya masig-masing. Ada yang berdiri memukul drum kecil, bersila menabuh kendang, kenong, dan gong, dan duduk memainkan angklung. Mereka-lah yang menghidupkan suasana jathilan. Lalu, kuda lumping tampak dipegang oleh empat pemain, yaitu para mudi tamtama. Para pemudi yang luwes dalam menari dan memainkan kuda lumping. Mereka siap untuk memainkan kuda lumping sesuai iringan musik. Tak ketinggalan, para anak kecil yang berperan sebagai butha/warok siap memeriahkan latihan jathilan malam itu. Gerakan khas butho yang energik dan penuh semangat. Itulah suasana muda tamtama yang sedang asyik latihan jathilan.
            Kemeriahan latihan jathilan tersebut menyiratkan beberapa hal. Pertama, keseriusan muda tamtama. Setelah shalat tarawih, mereka rela berkumpul untuk latihan jathilan. Malam yang larut tak membuat mereka lantas leyeh-leyeh. Saat saya melihat latihan tersebut, ada keseriusan yang terpancar. Musik yang ditabuh dengan semangat, para pemain jathilan yang kompak. Selain itu, mereka tak segan-segan meminta mengulang beberapa bagian yang kurang pas. Hingga akhirnya, terbentuklah sajian jathilan yang menarik dan bagus. Kedua, identitas yang tidak hilang. Jathilan sebagai identitas kebudayaan Jawa menjadi prioritas pertama. Mereka memilih jathilan sebagai penampilan utama dalam memeriahkan lebaran. Inilah identitas diri yang tidak hilang dan tetap dilestarikan. Ketiga, menggali kreasi dalam identitas diri. Jathilan yang ditampilkan muda tamtama mempunyai keunikan. Inilah bentuk kreasi dari muda tamtama. Mereka menggali kreasi dari identitas diri, sehingga tersaji tampilan jathilan yang khas Tembi.

            Jathilan  a la muda tamtama-pun terus mengalun sebagai salah satu ciri khas Tembi. Mereka berusaha menghidupkan jathilan dengan kreasi muda. Usaha muda tamtama untuk terus membuat jathilan semakin muda dan menarik. Inilah bentuk kepedulian kaum muda terhadap identitas diri dalam kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar