Sekali
lagi, musik jathilan kembali mengalun di malam hari. Musik jathilan yang khas
dan keras menambahkan suasana meriah di malam itu. Bunyi pukulan gong, kenong,
kendang, drum kecil, dan angklung menarik perhatian warga sekitar. Lalu, berkumpullah
anak-anak kecil, beberapa kaum muda, para orangtua, dan penjual siomay. Mereka
hendak menikmati suasana malam ditemani muda tamtama yang latihan jathilan. Inilah
kemeriahan muda tamtama mengisi ramadan dan menyambut lebaran 2014.
Halaman rumah Pak Hendrato menjadi
area latihan jathilan. Alat-alat musik pengiring jathilan sudah ditata di sudut
halaman. Para penabuh sudah siap di tempatnya masig-masing. Ada yang berdiri
memukul drum kecil, bersila menabuh kendang, kenong, dan gong, dan duduk
memainkan angklung. Mereka-lah yang menghidupkan suasana jathilan. Lalu, kuda
lumping tampak dipegang oleh empat pemain, yaitu para mudi tamtama. Para pemudi
yang luwes dalam menari dan memainkan
kuda lumping. Mereka siap untuk memainkan kuda lumping sesuai iringan musik.
Tak ketinggalan, para anak kecil yang berperan sebagai butha/warok siap memeriahkan latihan jathilan malam itu. Gerakan khas butho yang energik dan penuh
semangat. Itulah suasana muda tamtama yang sedang asyik latihan jathilan.
Kemeriahan latihan jathilan tersebut
menyiratkan beberapa hal. Pertama, keseriusan
muda tamtama. Setelah shalat tarawih, mereka rela berkumpul untuk latihan
jathilan. Malam yang larut tak membuat mereka lantas leyeh-leyeh. Saat saya melihat latihan tersebut, ada keseriusan
yang terpancar. Musik yang ditabuh dengan semangat, para pemain jathilan yang
kompak. Selain itu, mereka tak segan-segan meminta mengulang beberapa bagian
yang kurang pas. Hingga akhirnya, terbentuklah sajian jathilan yang menarik dan
bagus. Kedua, identitas yang tidak
hilang. Jathilan sebagai identitas kebudayaan Jawa menjadi prioritas pertama.
Mereka memilih jathilan sebagai penampilan utama dalam memeriahkan lebaran.
Inilah identitas diri yang tidak hilang dan tetap dilestarikan. Ketiga, menggali kreasi dalam identitas
diri. Jathilan yang ditampilkan muda tamtama mempunyai keunikan. Inilah bentuk
kreasi dari muda tamtama. Mereka menggali kreasi dari identitas diri, sehingga
tersaji tampilan jathilan yang khas Tembi.
Jathilan a la muda tamtama-pun terus
mengalun sebagai salah satu ciri khas Tembi. Mereka berusaha menghidupkan
jathilan dengan kreasi muda. Usaha muda tamtama untuk terus membuat jathilan
semakin muda dan menarik. Inilah bentuk kepedulian kaum muda terhadap identitas
diri dalam kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar