Pagi itu, terdengar tawa meriah dan teriakan heboh. Sekelompok anak kecil sedang bermain di kebun. Mereka sepertinya sedang bermain masak-masakan. Terlihat di sana, ada daun pisang, tanah, air, panci kecil, sendok bebek, pisau, dll. Ada yang mengaduk tanah, membungkus tanah dengan daun pisang, dan memotong-motong daun. Sesekali terlihat ada interaksi jual beli bungkusan tanah tersebut. Kadang mereka juga tertawa bersama karena suatu hal tertentu. Itulah kemeriahan Farenta, Reni, Tria, dan Eka yang terpancar di tengah ibadah puasa yang mereka lakukan.
Di sisi lain, terlihat beberapa anak
laki-laki bermain sepeda. Mereka bersepeda keliling desa. Sepeda yang telah
dimodif menjadi pemandangan unik. Sedel-nya
dipendeknya, stang-nya dibengkokkan,
dan dicat untuk lebih menarik. Sesekali mereka lewat di samping kelompok
anak-anak putri dan menyapa mereka, kadang juga mereka ngerjai mereka. Ya, itulah kehebohan Ali dan Denny.
Awalnya Farenta, Reni, Tria, dan Eka
malu-malu untuk membaur dengan orang baru (tamu yang homestay). Mereka ngumpul, bisik-bisik
sendiri, dan malah lari jika ingin
diajak ngobrol. Selain itu, mereka
juga akhirnya berani bertanya nama dan asal. Namun, setelah bertanya, mereka
tertawa dan lari menjauh. Tingkah anak-anak tersebut sebenarnya menunjukkan
sikap ingin tahu dan ingin dekat, tetapi masih malu-malu.
Suatu pagi, Farenta, Reni, Tria, dan
Eka sedang bermain di depan homestay Manto.
Mereka terlihat sangat senang dan ceria. Sesekali mereka memanggil-manggil,
lalu berlari pergi. Begitu sampai beberapa kali. Lalu, seorang tamu keluar
dengan senyum yang merekah. Mereka saling berkata, “Mas, dicari lho..” lalu tertawa bersama. Tamu tersebut tersenyum
dengan rasa bingung.
Beberapa saat kemudian, mereka mulai
mendekat ke homestay. Di serambi homestay, mereka bermain bekel. Mulailah
mereka memainkan bola bekel secara bergantian. Saat beberapa tamu homestay menyapa mereka, ada gelak tawa
yang pecah. Mereka tidak lagi lari menjauh, tetapi mulai nyaman bermain dengan
kami. Selain bermain bekel, mereka juga sangat antusias melihat blog yang
dibuat oleh tamu homestay tersebut.
Ada rasa penasaran dan keingintahuan yang besar.
Melihat dinamika anak-anak tersebut,
ada beberapa hal yang menarik. Pertama, mereka
ingin hadir di tengah tamu homestay. Anak-anak
ingin memberikan keceriaan dengan tulus kepada tamu. Dengan apa yang mereka
miliki, tamu menjadi tersapa dan mendapat warna baru di homestay. Kedua, keberanian yang diperjuangkan. Awalnya mereka
merasa malu-malu. Bahkan, untuk bertanya nama saja, mereka butuh waktu yang
tidak sebentar. Namun, ada keberanian yang diperjuangkan. Mereka mau mendekat
dan membaur, sehingga suasana menjadi cair dan menyenangkan. Ketiga, ingin tahu. Setelah kenal,
mereka tak segan-segan bertanya apapun yang ingin mereka ketahui. Ada rasa
pemenuhan keingintahuan mereka tentang hal baru, terutama tentang teknologi dan
internet.
Akhirnya,
kehadiran Farenta, Reni, Tria, Eka, Ali, dan Denny membawa warna baru dalam
pengalaman live in di Tembi. Mereka
memancarkan kegembiraan anak-anak yang asyik dengan mainan mereka, entah
masak-masakan, bekel, dan sepedaan. Batasan-batasan yang mereka memiliki tak
membatasi kebahagiaan mereka dalam menyambut tamu. Inilah ‘sambutan meriah’
anak-anak bagi tamu yang sedang menikmati Tembi. Keceriaan, kepolosan, dan
keberanian mereka menjadi warna dalam ‘sambutan meriah’ anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar