Saat
itu, malam sunyi menyelimuti Desa Tembi. Tak terkecuali homestay yang saya tempati. Hanya lampu andong bernyala kuning
menghiasi malam itu. Tak ada aktivitas warga di luar rumah. Sunyi-lah yang ada.
Di balik kesunyian itu, ternyata ada sebuah aktivitas yang dilakukan anak-anak
Tembi, yaitu tentang kertas.
Ada secarik kertas tampak di atas
meja serambi homestay. Kertas putih
yang terlipat rapi berbentuk kotak. Tampak ada batu yang menindih kertas
tersebut. Samar-samar terlihat tulisan. Ternyata, di dalamnya terdapat sebuah
‘kejutan’ dari anak-anak Tembi. Inilah kejutan dari anak-anak Tembi yang tidak
pernah saya sangka sebelumnya.
Malam itu, saya baru saja pulang
dari Jetis. Di rumah salah satu teman, saya berbuka puasa bersama beberapa
teman lain. Suasana akrab dan menyenangkan menjadi beberapa hal yang membuat
saya betah untuk ngobrol ngalor-ngidul. Kami membicarakan berbagai hal dan
pengalaman yang pernah terjadi lalu. Itulah suasana yang menyenangkan di sore
hari. Sekitar pukul sembilan malam, kami bertolak dari Jetis menuju Tembi.
Hingga akhirnya, saya menemukan kertas ‘kejutan’ tersebut.
Saya membuka lipatan kertas itu. Ada
dua kertas yang membungkus isi dari kertas tersebut. Saat semua lipatan telah
terbuka, saya menemukan beberapa gambar. Warna biru mendominasi gambar
tersebut. Sebuah gambar anak perempuan dengan rambut dikucir, berkaos warna
putih dan memakai rok warna merah. Di samping kepala anak perempuan tersebut,
terdapat kutipan kata-kata. Tentu, kata-kata salam dari mereka untuk kami.
Saya mengamati gambar tersebut
sambil duduk di serambi homestay. Saya
heran, kagum, dan tersenyum kecil melihat isi dari kertas tersebut. Sungguh
tidak saya duga sebelumnya. Anak-anak kecil memberikan perhatian mereka untuk kami,
yang terwujud dalam gambar itu.
‘Kejutan’ tak berhenti sampai
disitu. Pagi harinya, kami kembali menerima ‘kejutan’ dari anak-anak Tembi.
Mereka mendekati homestay sambil
malu-malu dan tertawa. Lalu, ada salah seorang anak laki-laki yang mendekati kami
dan memberikan beberapa carik kertas.
Kali ini, gambarnya berbeda. Gambar
yang tampak adalah anak laki-laki bertopi, berkacamata, memakai kaos lengan
panjang warna hijau dan biru, dan memakai celana panjang warna coklat.Di
samping kepala anak laki-laki tersebut, ada kutipan kata-kata salam dari mereka
untuk kami. Background didominasi
oleh warna biru dan merah. Gambar yang bagus dan enak untuk dilihat. Itulah
gambar anak-anak Tembi yang bermakna.
‘Kejutan’ tersebut membuat saya
berpikir tentang cara menghargai orang. Mereka menempatkan kami sebagai sesama
yang mereka sayangi. Walaupun kami tamu/pendatang, mereka memberikan kesan yang
sungguh terbuka dan hangat. Mereka merasa nyaman dan tidak memiliki kecurigaan
tertentu kepada kami. Gambar yang mereka buat menyiratkan pesan bahwa mereka
menerima kami bukan hanya sekedar tamu, melainkan saudara.
Inilah ‘kejutan’ dari anak-anak
Tembi yang sungguh mengesan. Mereka memberikan warna yang cerah bagi wajah
Tembi. Kelak, jika mental mereka tetap terjaga semacam ini, saya yakin, masa
depan Tembi akan semakin bersinar. Kemudian hari, Tembi memiliki wajah yang
ramah dan toleran. Akhirnya, malam yang sunyi itu berubah menjadi meriah.
‘Kejutan’ dari anak-anak Tembi itu telah memberi warna cerah di dalam kesunyian
malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar