Minggu, 06 Juli 2014

‘Kejutan’ dari Anak-Anak Tembi

         Saat itu, malam sunyi menyelimuti Desa Tembi. Tak terkecuali homestay yang saya tempati. Hanya lampu andong bernyala kuning menghiasi malam itu. Tak ada aktivitas warga di luar rumah. Sunyi-lah yang ada. Di balik kesunyian itu, ternyata ada sebuah aktivitas yang dilakukan anak-anak Tembi, yaitu tentang kertas.

      Ada secarik kertas tampak di atas meja serambi homestay. Kertas putih yang terlipat rapi berbentuk kotak. Tampak ada batu yang menindih kertas tersebut. Samar-samar terlihat tulisan. Ternyata, di dalamnya terdapat sebuah ‘kejutan’ dari anak-anak Tembi. Inilah kejutan dari anak-anak Tembi yang tidak pernah saya sangka sebelumnya.
            Malam itu, saya baru saja pulang dari Jetis. Di rumah salah satu teman, saya berbuka puasa bersama beberapa teman lain. Suasana akrab dan menyenangkan menjadi beberapa hal yang membuat saya betah untuk ngobrol ngalor-ngidul. Kami membicarakan berbagai hal dan pengalaman yang pernah terjadi lalu. Itulah suasana yang menyenangkan di sore hari. Sekitar pukul sembilan malam, kami bertolak dari Jetis menuju Tembi. Hingga akhirnya, saya menemukan kertas ‘kejutan’ tersebut.
            Saya membuka lipatan kertas itu. Ada dua kertas yang membungkus isi dari kertas tersebut. Saat semua lipatan telah terbuka, saya menemukan beberapa gambar. Warna biru mendominasi gambar tersebut. Sebuah gambar anak perempuan dengan rambut dikucir, berkaos warna putih dan memakai rok warna merah. Di samping kepala anak perempuan tersebut, terdapat kutipan kata-kata. Tentu, kata-kata salam dari mereka untuk kami.
            Saya mengamati gambar tersebut sambil duduk di serambi homestay. Saya heran, kagum, dan tersenyum kecil melihat isi dari kertas tersebut. Sungguh tidak saya duga sebelumnya. Anak-anak kecil memberikan perhatian mereka untuk kami, yang terwujud dalam gambar itu.
            ‘Kejutan’ tak berhenti sampai disitu. Pagi harinya, kami kembali menerima ‘kejutan’ dari anak-anak Tembi. Mereka mendekati homestay sambil malu-malu dan tertawa. Lalu, ada salah seorang anak laki-laki yang mendekati kami dan memberikan beberapa carik kertas.
            Kali ini, gambarnya berbeda. Gambar yang tampak adalah anak laki-laki bertopi, berkacamata, memakai kaos lengan panjang warna hijau dan biru, dan memakai celana panjang warna coklat.Di samping kepala anak laki-laki tersebut, ada kutipan kata-kata salam dari mereka untuk kami. Background didominasi oleh warna biru dan merah. Gambar yang bagus dan enak untuk dilihat. Itulah gambar anak-anak Tembi yang bermakna.
            ‘Kejutan’ tersebut membuat saya berpikir tentang cara menghargai orang. Mereka menempatkan kami sebagai sesama yang mereka sayangi. Walaupun kami tamu/pendatang, mereka memberikan kesan yang sungguh terbuka dan hangat. Mereka merasa nyaman dan tidak memiliki kecurigaan tertentu kepada kami. Gambar yang mereka buat menyiratkan pesan bahwa mereka menerima kami bukan hanya sekedar tamu, melainkan saudara.

            Inilah ‘kejutan’ dari anak-anak Tembi yang sungguh mengesan. Mereka memberikan warna yang cerah bagi wajah Tembi. Kelak, jika mental mereka tetap terjaga semacam ini, saya yakin, masa depan Tembi akan semakin bersinar. Kemudian hari, Tembi memiliki wajah yang ramah dan toleran. Akhirnya, malam yang sunyi itu berubah menjadi meriah. ‘Kejutan’ dari anak-anak Tembi itu telah memberi warna cerah di dalam kesunyian malam itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar