Tembi
berasal dari kata katemben, yaitu
penitipan anak raja. Sebuah desa untuk mendidik para anak raja, yang kala itu
terjadi perpindahan kekuasaan kraton dari Kota Gede ke Pleret. Tembi berusaha
menjaga akhlak anak-anak raja tersebut. Itulah keunikan pertama. Selain itu,
Tembi memiliki keunikan yang lain, yaitu adanya buah raja. Dipercaya, buah
tersebut dimakan para raja dan anak raja kala itu. Apa itu buah raja? Marilah
kita ‘mengupas’nya dan ‘menikmati’nya..
Di depan Masjid Al-Idris, Tembi
terdapat sebuah pohon cukup besar. Pohon itu tinggi dan berdaun lebat. Terdapat
banyak buah berukuran kecil yang menggantung di ranting-ranting. Ada yang
bergerombol dua buah, tiga buah, empat buah, dll. Jika belum matang, buah
tersebut berwarna hijau. Sedangkan, jika sudah matang, buah tersebut akan
berwarna kuning dan rasanya manis. Itulah buah semak. Buah yang disebut sebagai
buah raja.
Kala itu, pohon semak hanya dapat
tumbuh di daerah Tembi. Beberapa kali orang luar Tembi mencoba menanam buah
semak, tetapi tidak dapat tumbuh. Buah semak yang coba ditanam selalu mati.
Namun, saat buah semak tersebut dirawat dan dibudidayakan di Tembi, akan tumbuh
dan berbuah lebat.
Lebih dari itu, marilah kita
‘mengupas’ buah semak lebih dalam. Semak, dapat diartikan dengan menyimak atau
memahami. Dapat dikaitkan dengan konteks kala itu, buah semak yang sering
dimakan para raja dan anak raja, maka buah semakin mengandung arti bahwa anak
raja hendaknya semakin mampu memahami dan mengerti.
Biarlah mitos dan makna ini terus
berkembang untuk mengarahkan pemaknaan pribadi, sehingga dapat terbentuk suatu
sistem nilai moral yang baik di dalam kehidupan. Harapannya adalah dengan
adanya makna buah semak tersebut, pribadi semakin menjadi lebih baik. Itulah
usaha kita untuk ‘mengupas’ buah semak, dan silakan ‘menikmati’..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar