Jumat, 11 Juli 2014

‘Mengupas’ Buah Raja

              Tembi berasal dari kata katemben, yaitu penitipan anak raja. Sebuah desa untuk mendidik para anak raja, yang kala itu terjadi perpindahan kekuasaan kraton dari Kota Gede ke Pleret. Tembi berusaha menjaga akhlak anak-anak raja tersebut. Itulah keunikan pertama. Selain itu, Tembi memiliki keunikan yang lain, yaitu adanya buah raja. Dipercaya, buah tersebut dimakan para raja dan anak raja kala itu. Apa itu buah raja? Marilah kita ‘mengupas’nya dan ‘menikmati’nya..

            Di depan Masjid Al-Idris, Tembi terdapat sebuah pohon cukup besar. Pohon itu tinggi dan berdaun lebat. Terdapat banyak buah berukuran kecil yang menggantung di ranting-ranting. Ada yang bergerombol dua buah, tiga buah, empat buah, dll. Jika belum matang, buah tersebut berwarna hijau. Sedangkan, jika sudah matang, buah tersebut akan berwarna kuning dan rasanya manis. Itulah buah semak. Buah yang disebut sebagai buah raja.
            Kala itu, pohon semak hanya dapat tumbuh di daerah Tembi. Beberapa kali orang luar Tembi mencoba menanam buah semak, tetapi tidak dapat tumbuh. Buah semak yang coba ditanam selalu mati. Namun, saat buah semak tersebut dirawat dan dibudidayakan di Tembi, akan tumbuh dan berbuah lebat.
            Lebih dari itu, marilah kita ‘mengupas’ buah semak lebih dalam. Semak, dapat diartikan dengan menyimak atau memahami. Dapat dikaitkan dengan konteks kala itu, buah semak yang sering dimakan para raja dan anak raja, maka buah semakin mengandung arti bahwa anak raja hendaknya semakin mampu memahami dan mengerti.

            Biarlah mitos dan makna ini terus berkembang untuk mengarahkan pemaknaan pribadi, sehingga dapat terbentuk suatu sistem nilai moral yang baik di dalam kehidupan. Harapannya adalah dengan adanya makna buah semak tersebut, pribadi semakin menjadi lebih baik. Itulah usaha kita untuk ‘mengupas’ buah semak, dan silakan ‘menikmati’.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar